Tuesday, March 29, 2011

Dont Hate Me Mom

  SEBUAH KISAH IRONIS DI IRLANDIA UTARA
  YANG TELAH DITERJEMAHKAN KEDALAM BAHASA INDONESIA

  SAYA IBU TERBURUK DIDUNIA INI

  Oh, Tuhan, ijinkan aku menceritakan hal ini..., sebelum ajal
  menjemputku...

  20 tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya
  lumayan tampan namun terlihat agak bodoh... Sam, suamiku, memberinya
  nama Eric.

  Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak
  terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain saja untuk
  dijadikan budak atau pelayan. Namun Sam mencegah niat buruk itu.
  Akhirnya terpaksa saya membesarkannya juga.

  Ditahun kedua setelah Eric dilahirkan sayapun melahirkan kembali
seorang
  anak perempuan yang cantik mungil. Saya menamainya Angelica. Saya
sangat
  menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Seringkali kami mengajaknya
  pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang
  indah-indah... Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya
  memiliki beberapa stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya,
namun
  saya selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam
  selalu menuruti perkataan saya.

  Saat usia Angelica 2 tahun Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4
  tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang
yang
  semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan membuat
  saya menyesal seumur hidup.

  Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Eric yang
  tertidur lelap. Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah
kami
  laku terjual untuk membayar hutang.

  Setahun..., 2 tahun..., 5 tahun..., 10 tahun... telah berlalu sejak
  kejadian itu. Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria
  dewasa. Ia adalah seorang pastor di gereja St. Maria. Usia
pernikahan
  kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat buruk
saya
  yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi
  sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang.

  Angelica telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama
  putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan
  tidak ada lagi yang mengingatnya. Sampai suatu malam... Malam dimana
  saya bermimpi tentang seorang anak... Wajahnya agak tampan namun
tampak
  pucat sekali... Ia melihat ke arah saya. Sambil tersenyum ia
berkata,
  "Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu cekali pada
mommy!"

  Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun saya
menahannya,
  "Tunggu..., sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak
manis?"

  "Nama saya Elic, Tante."

  "Eric...? Eric... Ya Tuhan! Kau benar-benar Eric???" Saya
langsung
  tersentak dan bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan
aneh
  lainnya menerpa diri saya saat itu juga. Tiba-tiba terlintas kembali
  kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar di
  kepala saya. Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan
saya
  dulu.

  Rasanya seperti mau mati saja saat itu. Ya, saya harus mati...,
mati...,
  mati... Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang akan saya goreskan
ke
  pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Eric melintas kembali di
pikiran
  saya. Ya Eric, mommy akan menjemputmu Eric...

  Sore itu saya memarkir mobil Civic biru saya disamping sebuah gubuk,
dan
  Brad dengan pandangan heran menatap saya dari samping. "Mary,
apa yang
  sebenarnya terjadi?"

  "Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan
hal yang
  telah saya lakukan dulu," tapi aku menceritakannya juga dengan
  terisak-isak... Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah
  memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian.

  Setelah tangis saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad
dari
  belakang. Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua
meter
  dari hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya
  tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric... Eric... Saya
meninggalkan
  Eric di sana 10 tahun yang lalu.

  Dengan perasaan sedih saya berlari menghampiri gubuk tersebut dan
  membuka pintu yang terbuat dari bambu itu... Gelap sekali... Tidak
  terlihat sesuatu apapun juga! Perlahan mata saya mulai terbiasa
dengan
  kegelapan dalam ruangan kecil itu. Namun saya tidak menemukan
siapapun
  juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai
  tanah. Saya mengambil seraya mengamatinya dengan seksama... Mata
mulai
  berkaca-kaca, saya mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas
baju
  butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya...

  Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan,
sayapun
  keluar dari ruangan itu... Air mata saya mengalir dengan deras. Saat
itu
  saya hanya diam saja.

  Sesaat kemudian saya dan Brad mulai menaiki mobil untuk meninggalkan
  tempat tersebut. Namun, saya melihat seseorang di belakang mobil
kami.
  Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian
  terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor. Ternyata ia seorang
  wanita tua.

  Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya
dengan
  suaranya yang parau, "Heii...! Siapa kamu?! Mau apa kau
kemari?!"

  Dengan memberanikan diri, sayapun bertanya, "Ibu, apa ibu kenal
dengan
  seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?"

  Ia menjawab, "Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan
terkutuk!!
  Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini,
  Eric terus menunggu ibunya dan memanggil, 'Mommy..., mommy!' Karena
  tidak tega, saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal
  bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai
  pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya
seperti
  itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia
  belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk
menulis
  ini untukmu..."

  Sayapun membaca tulisan di kertas itu... "Mommy, mengapa Mommy
tidak
  pernah kembali lagi...? Mommy marah sama Eric, ya? Mom, biarlah Eric
  yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji kalau Mommy tidak akan
marah
  lagi sama Eric. Bye, Mom..."

  Saya menjerit histeris membaca surat itu. "Bu, tolong
katakan...
Katakan
  di mana ia sekarang? Saya berjanji akan menyayanginya sekarang! Saya
  tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan...!!!"

  Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.

  "Nyonya, semua sudah terlambat (dengan nada lembut). Sehari
sebelum
  Myonya datang, Eric telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang
  gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi
menunggumu
  ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke
  dalamnya. Ia takut apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi
lagi
  bila melihatnya ada di dalam sana... Ia hanya berharap dapat melihat
  Mommy-nya dari belakang gubuk ini... Meskipun hujan deras, dengan
  kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana.
  Nyonya, dosa anda tidak terampuni!"

  Saya kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi.

  Marry Scheleery

0 komentar:

Post a Comment