Thursday, March 31, 2011

Dumb Student, Smart Student

Sewaktu kita sekolah atau kuliah, murid/mahasiswa di
kelas dapat dibagi dalam 3 kategori : murid pintar,
murid rata-rata dan murid bodoh. Setiap orang tua
pasti menginginkan anaknya masuk ke kategori pertama
yaitu murid yang pintar dan menghindari yang terakhir
atau murid bodoh. Orang tua seringkali mendaftarkan
anaknya untuk kursus ini, kursus itu agar nilai
anaknya menjadi bagus. Orang tua sering kali
memfokuskan pada kelemahan anaknya dan berusaha
menutup kelemahan anaknya itu.

Pada workshop yang saya adakan, saya bertanya kepada
peserta: jika anda mempunyai anak yang menyukai
menggambar tetapi nilai matematikanya tidak bagus.
Keuangan anda hanya cukup untuk membiayai 1 jenis
kursus, kursus apa yang akan anda berikan ke anak
anda? Hampir semua peserta menjawab : kursus
matematika.


Murid yang pintar biasanya adalah tipe yang ngotot
dalam belajar, mereka takut kalau tidak bisa
mengerjakan ujian, stress jika mendapat nilai buruk.
Tipe murid inilah yang biasanya ikut les ini dan itu,
karena mau SEMUA pelajarannya mendapat nilai baik.
Murid yang bodoh biasanya adalah tipe orang yang masa
bodoh, mereka tidak terlalu memikirkan akan dapat
nilai berapa. Murid tipe ini biasanya mempunyai
SESUATU yang sangat mereka sukai dan mereka lebih suka melakukan hal
itu daripada belajar. Sedangkan murid rata-rata berada di antara 2
kategori itu.


Di kemudian hari, siapakah yang akan lebih sukses atau
kaya dalam kehidupannya ? Sukses di sini harus
dibedakan dengan kaya. Menjadi kaya berarti mempunyai
lebih banyak uang, sedangkan sukses berarti
mengerjakan hal yang mereka sukai dan menyukai yang
mereka kerjakan, dan orang-orang menghargai apa yang
mereka kerjakan. Dalam banyak kasus, banyak murid yang
bodoh semasa sekolah dan kuliah menjadi orang yang
sukses, dan banyak pula yang menjadi sukses dan kaya. Sedangkan murid
yang dulu pintar banyak juga yang menjadi kaya tapi sedikit yang
sukses. Mengapa demikian ? Karena dari kecil murid yg bodoh
sudah terbiasa FOKUS kepada KEKUATAN yg dia miliki,
dan tidak terlalu perduli dengan kelemahannya.
Sedangkan murid yang pintar biasanya TIDAK FOKUS pada
sesuatu, terlebih lagi mereka terbiasa mendahulukan
perbaikan pada kelemahan.


Saya mempunyai rekan yg merupakan contoh nyata dari
tipe murid yang bodoh ini. Sebut saja namanya A dan B, keduanya pernah
tinggal kelas dan termasuk murid yang tidak perduli dengan nilai
bagus, sekarang si A menjadi fotografer professional dg client dari
perusahaan-perusahaan terkenal di Indonesia dan si B
menjadi montir professional yg disegani di dunia rally
mobil. Ambil contoh lain, Deddy Corbuzier semasa
sekolah juga tidak termasuk murid yang cemerlang,
tetapi sejak kecil telah menunjukkan kecintaan yg
mendalam dengan dunia sulap. Sekarang, siapa yang
tidak mengenal Deddy Corbuzier. Contoh lain lagi
adalah Rhenald Khasali, beliaupun pernah tinggal kelas
sewaktu sekolah tetapi sekarang merupakan salah satu
pembicara handal.


Di lain pihak, yang dulunya murid yang pintar
seringkali berakhir dengan bekerja di kantoran,
mungkin mereka menghasilkan banyak uang tetapi belum
tentu mereka sukses, karena mereka mungkin tidak
terlalu menyukai apa yang mereka kerjakan, hal ini
karena dari kecil mereka diarahkan untuk memperbaiki kelemahan dan
tidak memperkuat apa sebetulnya kekuatan mereka.


Jika anak anda termasuk dalam kategori anak pintar,
jangan terlalu cepat senang dahulu. Tetaplah gali apa
yg ia sukai, apa yg dengan senang ia lakukan, berilah
support agar ia juga melakukan hal yg ia senangi dan
tidak hanya belajar terus menerus. Sedangkan jika anak
anda termasuk anak yg bodoh dan lebih menyukai
kesenangannya daripada belajar, carilah suatu alasan
mengapa belajar itu juga penting untuk mendukung kesenangannya.
Misalnya ia suka sekali dengan dunia otomotif, beri
pengertian bahwa seorang ahli otomotif harus mengerti
bahasa Inggeris supaya dapat sukses di luar negeri,
atau harus mengerti matematika agar nantinya mengerti
mesin dengan baik, dsb.



Jika sekarang anda bekerja sebagai seorang karyawan,
andapun tentu dibiasakan oleh perusahaan untuk
ditambal kelemahannya. Setiap akhir tahun setelah
diadakan penilaian prestasi, pasti ada kelemahan si
karyawan yang diperhatikan oleh atasan dan kemudian
dibuatkan "Plan for Development" dengan mengikutkan
karyawan tersebut pada suatu training yang dapat
membantu memperbaiki kelemahannya itu, sedangkan untuk kelebihannya
hanya diminta untuk dipertahankan.


Mereka yang hanya memfokuskan diri pada memperbaiki
kelemahan biasanya lebih sulit menemukan impiannya dibandingkan mereka
yang terbiasa fokus pada kekuatannya. Jadi jangan terpaku pada
kelemahan anda, fokuskan perhatian anda lebih kepada kekuatan anda.

0 komentar:

Post a Comment