Wednesday, March 30, 2011

Kembalikan Tangan Ita

Buat semua yang telah menjadi orang tua dan atau calon orang tua....

Ini kisah nyata yg lagi heboh di Malaysia skrg, jgn lupa siapkan
tissue
krn bener2 menyedihkan......


Abah, kembalikan tangan Ita.........

ingatlah....semarah apapun, jgnlah bertindak
keterlaluan..............

Nb: ceritanya dari Malaysia, jadi ada kata2 yg membingungkan, spt:
Kereta=mobil, dsb...


kepada semua parents,

Sebuah kisah untuk dijadikan pengalaman dan pengajaran......
Sebagai ibu kita patut juga menghalang perbuatan suami kita memukul
especially pada anak2 yg masih kecil dan tak tau apa2.
Mengajar dgn cara memukul bukanlah cara terbaik, mungkin sudah
sampai waktunya untuk badan2 kebajikan educate org M'sia untuk
praktikkan
konsep 'time out" jika anak2 buat salah.
rgds.kay


Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar -
meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah semasa keluar bekerja.
Anak tunggal pasangan ini, perempuan berusia tiga setengah tahun.
Bersendirian di rumah dia kerap dibiarkan pembantunya yang sibuk
bekerja bermain diluar, tetapi pintu pagar tetap dikunci.

Bermainlah dia sama ada berayun-ayun di atas buaian yang dibeli
bapanya,ataupun memetik bunga raya, bunga kertas dan lain-lain di
halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dia pun mencoret semen
tempat mobil ayahnya diparkirkan tetapi kerana lantainya terbuat
dari marmer,coretan tidak kelihatan. Dicobanya pada mobil baru
ayahnya.
Ya... kerana mobil itu bewarna gelap, coretannya tampak jelas.
Apa lagi kanak-kanak ini pun membuat coretan sesuai dengan
kreativitasnya.
Hari itu bapak dan  ibunya bermotor ke tempat kerja kerana macet ada
perayaan
Thaipusam.

Setelah penuh coretan yg sebelah kanan dia beralih ke sebelah kiri
mobil.
Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam,
kucing
dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung
tanpa
disadari  si pembantu rumah.

Pulang petang itu, terkejut pasangan itu melihat kereta yang
baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran. Si bapak yang
belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa
ini?"

Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar.

Mukanya merah padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya.
Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus
mengatakan 'Tak tahu... !" "kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg
kau
lakukan?"  hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari
kamarnya.
Dengan penuh manja dia berkata "Ita yg membuat itu abahhh.. cantik
kan!"
katanya sambil memeluk abahnya ingin bermanja seperti biasa. Si ayah
yang hilang
kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon bunga raya di
depannya, terus dipukulkannya berkali2 kw telapak tangan anaknya.
Si anak yang tak mengerti apa apa terlolong-lolong kesakitan
sekaligus ketakutan.
Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan
anaknya.
Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan
hukuman
yang dikenakan.

Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa?. Si bapak
cukup rakus memukul-mukul tangan kanan dan kemudian tangan kiri
anaknya.
Setelah si bapak masuk ke rumah dituruti si ibu, pembantu rumah
menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.
Dilihatnya telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2
dan berdarah.

Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiram air
sambil dia ikut menangis. Anak kecil itu juga terjerit-jerit menahan
kepedihan saat
luka2nya itu terkena air. Si pembantu rumah kemudian menidurkan
anak kecil itu. Si bapak sengaja membiarkan anak itu tidur bersama
pembantu rumah.

Keesokkan harinya, kedua-dua belah tangan si anak bengkak.
Pembantu rumah mengadu. "Oleskan obat saja!" jawab tuannya, bapak si
anak.
Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang
menghabiskan
waktu di kamar pembantu. Si bapak konon mau mengajar anaknya. Tiga
hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si
ibu
juga begitu tetapi setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. "Ita 
demam"...
jawap pembantunya ringkas.
"Kasih minum panadol ," jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar
tidur
dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Ita dalam
pelukan pembantu rumah, dia menutup lg pintu kamar pembantunya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa
suhu badan Ita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik. Pukul
5.00
siap" kata majikannya itu.
Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Doktor
mengarahkan ia dirujuk ke hospital kerana keadaannya serius.
Setelah seminggu di rawat inap doktor memanggil bapak dan ibu anak
itu.
"Tidak ada pilihan.." katanya yang mengusulkan agar kedua tangan
anak itu dipotong kerana gangren yang terjadi sedah terlalu  parah.

"Ia sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya kedua tangannya
perlu dipotong dari siku ke bawah" kata doktor.
Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu.
Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan. Si ibu
meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata
isterinya, si bapak terketar-ketar madandatangani surat persetujuan
pembedahan. Keluar dari bilik pembedahan, selepas obat bius yang
suntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga heran2 melihat
kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya.
Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat
mereka semua menangis.

Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air
mata.
"Abah.. Mama... Ita tidak akan melakukannya lagi. Ita tak mau ayah
pukul.  Ita tak mau jahat. Ita sayang abah.. sayang mama." katanya
berulang kali
membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya.
"Ita juga sayang Kak Narti.." katanya memandang wajah pembantu rumah,
sekaligus membuatkan gadis dari Surabaya itu meraung histeris.
"Abah.. kembalikan tangan Ita. Untuk apa ambil.. Ita janji tdk akan
mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Ita mau makan nanti? Bagaimana
Ita mau
bermain nanti? Ita janji tdk akan mencoret2 mobil lagi," katanya
berulang-ulang.
Serasa copot jantung si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 
dia
sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi, tiada manusia dapat
menahannya.


*"jika tidak dapat apa yang kita suka...belajarlah utk menyukai  apa
yang
kita dapat.."

0 komentar:

Post a Comment