> Berawal dari Sebuah Sapaan ...
>
> "Ga usah" jawaban bersahabat dari seorang kenek bis kota kampus
itu terus
terang menghadirkan tanda tanya dalam hatiku "kenapa dia tidak mau
menerima
ongkos itu ?". Turun di terminal, sobatku yang talkactive itu memulai aksi
yang baru, menghampiri gerobak pedagang air tebu.
>
> Bapak itu buru-buru menyodorkan segelas air tebu es kepadanya, padahal dia
belum meminta. Rupanya si bapak sudah melihat kedatangannya dari jauh. Bukan
hari ini saja, seakan-akan setiap hari selalu ada orang baik untuknya.
> Kemaren, ketika dia asyik berceloteh dengan teman-teman sewaktu jam
istirahat, seorang ibu yang biasa mengusung dagangannya dari blok ke blok
kelas kuliah memanggilnya. Dengan gembira dia kembali, "nih satu buat
kamu"
sambil membawa dua bungkus tahu isi, "dikasih si Ibu" lanjutnya
sambil
tersenyum kepada si Ibu yang juga tersenyum dengan bahagia.
>
> Belum lagi, minggu yang lalu dia sukses memindahkan sepiring sate dosen ke
tangannya. Aku berusaha sekuat tenaga menyibak kekuatan yang dimilikinya.
Sobatku itu seorang yang sederhana, tidak kaya, tidak cantik, tidak terlalu
berprestasi. Hanya satu kelebihannya yang tidak dimiliki orang lain. Ya..
aku mulai menyadari. Kelebihan itu juga tidak ada padaku.
>
> Dia sangat hobby menyapa orang lain yang berlanjut dengan obrolan.
Anehnya, dia tidak pernah kehabisan bahan. Dari terminal sampai kampus, sang
kenek seakan mendapat tambahan semangat ketika dia ajak ngobrol. Begitu juga
wajah pedagang tebu ketika dia bertanya tentang keadaan isteri dan
anak-anaknya. Aha ! aku juga baru tahu kenapa si ibu rela memberikan tahu
cuma-cuma untuknya.
>
> Karena sifatnya yang ramah, dia tidak saja punya teman sesama fakultas,
tapi juga dari fakultas lainnya. Merekalah yang "dipaksa"nya untuk
membeli
dagangan si ibu.
>
> Masih dengan rasa penasaran, kucoba bertanya kepada kenek bis yang selalu
memberi gratisan kepadanya "ga rugi tuh ?". Sungguh terperanjat aku
mendengar jawaban knek itu "Wah, ga sebanding mba dengan jajan yang selalu
diberinya untukku".
>
> Aku tidak mencoba bertanya lebih jauh kepada pedagang air tebu, karena aku
sudah menemukan jawabannya. Seperti kata seorang guru "Orang mendapatkan
bukan dari apa yang dimintanya tapi dari apa yang diberikannya." Yah,
sobatku melakukannya dengan tulus dan suka cita. Keramahtamahan dan
kemuliaan budinya langsung dibalas Allah lewat kasih sayang hamba-hamba-Nya
yang lain. Semuanya berawal dari sebuah sapaan. (fad)***
>
> Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)
>
skip to main |
skip to sidebar
Blog Archive
Entri Populer
-
Kita semua mengetahui bahwa sesungguhnya manusia itu tidak sempurna, segalanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Maka, sebaiknya perbedaa...
-
Mungkin, salah satu penyakit paling kronis yang sudah menggerogoti kehidupan manusia di muka bumi ini adalah KEBOHONGAN. Kebohongan alia...
-
Francisco Dao is over it. He's been a part of the upstart tech scene for years, and he's seen art of the personal connection disa...
-
Hybrids and electric vehicles were just the beginning. Next up: the mushroom mobile. Ecovative Design , a startup in Green Island, N.Y., i...
-
Cerita singkat ini, ehmm.. lebih mirip uraian, telah banyak memberikan motivasi dan inspirasi. Ini bukan tulisan hasil pemikiran saya, say...
Blog Roll
Translate
Followers
Powered by Blogger.
0 komentar:
Post a Comment