Wednesday, March 30, 2011

Membesarkan Hati

 Jadi... Bagaimana Caranya  Membesarkan  Hati  Seseorang?

Pak Rickman, guru psikologi kami, tidak pernah memberikan tugas seperti
guru-guru lain, seperti membaca seribu halaman; menjawab soal-soal di
akhir bab; mengerjakan soal nomoer 47 sampai 856. la lebih kreatif 

Pak Rickman mengawali pemberian tugas hari kamis dengan mengatakan,
"Peribahasa yang mengatakan bahwa  tindakan itu lebih nyata daripada
kata-kata bukan omong kosong belaka," katanya.
"Tindakan seseorang mengungkapkan perasaannya."

la berhenti sejenak agar kata-katanya mengendap dulu, kemudian
memberikan tugas itu. "Nah, mari kita coba apakah kita bisa
membangkitkan semangat seseorang,membesarkan hatinya sedemikian
rupa sehingga bisa kita lihat ada perubahan dalam cara ia bertindak.
Kita lihat hasilnya dalam laporan minggu depan."


Ketika aku pulang sekolah siang itu, ibuku sedang menyesali dirinya
sendiri.

Hal itu dapat kurasakan begitu aku masuk ke rumah.
Rambutnya acak-acakan, suaranya memelas, dan ia terus-menerus menarik
napas panjang sewaktu menyiapkan makan malam.
la bahkan tak menegurku ketika aku datang.
Karena itu, aku pun tak menegurnya.

Makan malam tidak menggugah selera.
Ayah juga sama bisunya seperti Ibu dan aku.
Aku memutuskan untuk mencoba tugasku. "BU, ada pertunjukan sandiwara
di kampus lho. Ibu dan ayah nonton, ya?
Kata orang pertunjukannya bagus."

"Aku tak bisa malam ini," kata Ayah. "Ada rapat penting."
"Sudah bisa diduga," kata Ibu.
Maka tahulah aku apa yang membuat ibuku kesal.
"Kalau begitu, pergi sama aku saja ya, Bu?" ajakku.

Aku langsung menyesali ajakanku.
Bayangkan! Anak SMU jalan sama-sama ibunya di malam hari!
Ajakan itu menggantung di udara, dan Ibu menjawab dengan suara
penuh semangat, "Betul, Rick?" Aku menelan ludah beberapa kali.
"Betul!  Memangnya kenapa?"
"Kan anak laki-laki tak pernah mau keluar bersama ibunya."

Suara Ibu terdengar semakin riang,dan dibetulkannya rambut yang
tadi menutupi wajahnya.
"Tak ada larangan yang mengatakan ibu dan anak tak boleh keluar
bersama, kataku. "Ibu dandan dulu. Kita pergi ke pertunjukan itu."

Ibu melangkah ke bak cuci piring, membawa piring kotor.
Langkahnya tampak lebih mantap, tidak lagi loyo seperti tadi.

"Biar aku dan Kirk yang cuci piring," kata Ayah, dan Ibu bahkan
tersenyum padanya. "Sikapmu baik sekali, Kirk," kata Ayah setelah
Ibu meninggalkan dapur.

"Kau anak yang baik."  Iya, berkat tugas psikologi, kataku dalam hati
dengan agak murung Ibu kemball ke dapur dan tampak lima tahun lebih
muda daripada satu jam sebelumnya.

"Betul kau tak punya teman kencan?" tanyanya, seakan masih tak percaya
akan apa yang tengah terjadi. "sekarang sih punya, kataku.

"Ayo, berangkat sekarang." Ternyata malam itu lumayan juga.
Kebanyakan teman-temanku mempunyai acara lain yang lebih
mengasyikkan daripada nonton sandiwara.
Teman-teman yang nonton sandiwara tidak terlalu heran melihatku
datang bersama ibuku. Pada akhir malam itu Ibu tampak benar-benar
gembira, dan aku pun merasa senang.

Bukan saja aku telah mengerjakan tugas psikologiku dengan baik,
aku juga belajar banyak tentang membesarkan hati. Kirk Hill

Sumber: Jadi, Bagaimana Caranya Membesarkan Hati Seseorang?
- Chicken Soup for the Teenage Soul II

0 komentar:

Post a Comment