Wednesday, March 30, 2011

Mengasah Diri

Penebang mengasah kapaknya. Pemburu mengencangkan busurnya.
Penulis meraut pensilnya. Mereka harus memperbarui peralatan-
nya. Ini adalah prinsip sederhana tentang produktivitas.

Tak banyak pohon yang bisa ditebang oleh kapak yang tumpul
dan aus. Tak ada buruan yang mampu ditaklukkan oleh busur
yang renta. Tak sebuah kata bisa tertulis dari pensil yang
patah. Maka, apa yang harus anda asah agar tetap meraih
kehidupan pribadi dan karier yang penuh dan berlimpah?

Anda memiliki sesosok tubuh yang pasti renta terkikis usia.
Juga kecerdasan yang segera tak banyak berarti tertinggal
kemajuan jaman. Serta sekepal hati nurani yang mudah
diburamkan oleh debu-debu dunia.


Maka, tiada yang patut kita rawat selain tubuh agar senantiasa
menjadi rumah yang nyaman bagi jiwa. Tiada yang perlu kita
asah selain pikiran dan ketrampilan agar selalu dapat di
gunakan untuk membuka pintu kemakmuran. Serta, tiada yang
harus kita pertajam selain hati nurani yang memungkinkan
kita mendengar nyanyian kebahagiaan hidup ini.
                                                   
                                                       
***************************************************************
                                                       
Tahukah Anda.
                                                   
                                                       
Johannes Brahms (1833-1897), komposer besar Jerman, adalah
salah seorang yang sangat membenci binatang kucing.

Di kala senggang atau sedang mencari inspirasi, komposer ini
sering pergi ke loteng rumahnya dan mempersiapkan busur dan
anak panah. Disana hampir tiap waktu ia memanah kucing-kucing
milik tetangganya. Kebiasaan yang terus dilakukan Johannes
Brahms sepanjang hidupnya.
                                                       
                                                        
***************************************************************

Kata Bijak Hari Ini.
                                                   
                                                       
Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan
seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan
yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya
adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. (Soekarno)

0 komentar:

Post a Comment