Thursday, March 31, 2011

POHON APEL

 Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar
 dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah
 pohon apel itu setiap hari.
 Ia senang  memanjatnya hingga ke pucuk pohon,
 memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan
 rindang daun-daunnya.Anak lelaki itu sangat mencintai
 pohon apel itu.Demikian pula, pohon apel sangat
 mencintai anak kecil itu.Waktu terus berlalu.
 Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak
 lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap
 harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya
 tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,"
 pinta pohon apel itu. "Aku bukan anak kecil yang bermain-main
 dengan pohon lagi." jawab anak lelaki itu."Aku ingin sekali
 memiliki mainan,tapi aku tak punya uang untuk membelinya."
 Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang...
 tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya.
 Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.
 "Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetiksemua buah apel yang
 ada dipohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun,setelah
 itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali
 sedih. Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat
 senang melihatnya datang."Ayo bermain-main denganku lagi." kata pohon
 apel. "Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja
 untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah
 kau menolongku?" "Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah.


Tapi kau boleh  menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu."
 kata pohon apel. Kemudian, anak  lelaki itu menebang semua dahan
 dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel
 itu juga  merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi
 anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu
 merasa kesepian dan sedih. Pada suatu musim panas, anak lelaki itu
 datang
 lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.
 "Ayo bermain-main lagi deganku."Kata pohon apel."Aku sedih,"
 kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang.
 Aku  ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku
 sebuah kapal untuk pesiar?" "Duh,maaf aku tak punya kapal, tapi kau
 boleh
 memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang
 kau
 mau.
 Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah". Kemudian, anak lelaki
 itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang
 diidamkannya.
 Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel
 itu. Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun
 kemudian. "Maaf, anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki
 buah apel lagi untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi
 untuk
 mengigit buah apelmu."jawab anak lelaki itu "Aku juga tak memiliki
 batang dan dahan yang bisa kau panjat."  kata pohon apel."Sekarang,
 aku sudah terlalu tua untuk itu."jawab anak lelaki itu."Aku
 benar-benar tak
 memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa
 hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini."Kata pohon apel
 itu sambil menitikkan air mata. "Aku tak memerlukan apa-apa lagi
 sekarang."
 kata
 anak lelaki."Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat.
 Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.""Oooh, bagus
 sekali.
 Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring
 dan
 beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan
 beristirahatlah dengan tenang."Anak lelaki itu berbaring di pelukan
 akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum
 sambil meneteskan air matanya.

 Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua
 kita.
 Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita.
 Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang
 ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa
 pun,
 orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa
 mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa
 anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi
 begitulah cara
 kita memperlakukan orangtua kita.

 Note:
 Sebarkan cerita ini untuk mencerahkan lebih banyak
 rekan. Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita.
 jangan sampai kita memperlakukan orang tua kita seperti
 anak laki-laki tadi terhadap pohon apel,..karena biar bagaimanapun
 orang tua kita yang diibaratkan pohon apel tadi selalu menerima
 kita bagaimanapun keadaan kita...
 Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita
 mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah
 dan akan diberikannya pada kita.
 Ya Tuhan kasihilah kedua orang tuaku, sayangi dan bantulah kami
 membahagiakannya...Amien

0 komentar:

Post a Comment