Wednesday, March 30, 2011

Kisah Lili

Dulu sekali di negeri Cina, hiduplah seorang gadis bernama Li-Li yang
menikah dan tinggal di wisma mertua indah. Dalam tempo singkat, Li-Li tahu
bahwa ia tidak cocok sama sekali dengan ibu mertuanya. Karakter mereka jauh
berbeda, dan Li-Li sangat berang terhadap banyak kebiasaan ibu mertuanya.
Juga, mertuanya itu terus menerus mengritiknya.

   Hari berganti hari, begitu pula bulan berganti bulan. Li-Li dan ibu
mertuanya tidak pernah berhenti berdebat dan bertengkar. Yang memperburuk
suasana ialah adat kuno Cina di mana Li-Li dituntut harus selalu
menundukkan kepala untuk menghormati mertuanya dan mentaati semua
   kemauannya. Semua kemarahan dan ketidakbahagiaan di dalam rumah itu
menyebabkan kesedihan yang mendalam pada hati suami Li-Li, seorang yang
berjiwa sangat sederhana.

   Akhirnya, Li-Li tidak bisa tahan lagi terhadap sifat buruk dan
kesewenang-wenangan ibu mertuanya, dan ia benar-benar telah bertekad untuk
melakukan sesuatu. Li-Li pergi menjumpai seorang teman ayahnya yaitu tuan
Wang yang mempunyai Toko Obat Cina. Ia menceritakan situasinya dan minta
diberikan ramuan racun untuk dapat menuntaskan masalahnya dalam sekali
pukul.

   Sinshe Wang berpikir keras sejenak dan akhirnya berkata: "Li-Li saya mau
membantu kamu menyelesaikan masalahmu, tetapi kamu harus mendengarkan saya
dan mentaati apa yang saya sarankan."  Li-Li berkata, "OK pak Wang, saya
   akan mengikuti apa saja yang bapak katakan yang harus saya perbuat."

   Sinshe Wang masuk ke ruang belakang, dan kembali beberapa menit kemudian
dengan sebungkus ramuan obat. Ia berkata kepada Li-Li, "Kamu tidak bisa
memakai racun keras yang mematikan seketika untuk meyingkirkan ibu
mertuamu, karena hal  itu akan membuat semua orang menjadi curiga. Oleh
karena itu, saya memberi kamu ramuan beberapa jenis tanaman obat yang
secara perlahan-lahan akan menjadi racun di dalam tubuhnya. Setiap hari
sediakan makanan yang enak-enak dan masukkan sedikit ramuan obat ini ke
   dalamnya. Maka, supaya tidak ada yang curiga saat ia mati nanti, kamu
harus hati-hati sekali dan bersikap sangat bersahabat dengannya. Jangan
berdebat dengannya,
   taati semua kehendaknya, dan perlakukan dia seperti seorang ratu."

   Li-Li sangat bahagia. Ia berterima kasih kepada tuan Huang dan buru-buru
pulang ke rumah untuk memulai rencananya untuk membunuh ibu mertuanya.
Minggu demi minggu, bulan demi bulan telah lewat, dan setiap hari Li-Li
melayani mertuanya dengan makanan yang sudah "dibumbuinya".  Ia mengingat
semua petunjuk tuan Wang tentang hal mencegah kecurigaan, maka
mengendalikan amarahnya, mentaati ibu mertuanya dan memperlakukannya
   seperti ibunya sendiri.

   Setelah enam bulan lewat, suasana di dalam keluarga itu berubah secara
drastis. Li-Li sudah mampu mempraktekkan pengendalian amarahnya sedemikian
rupa sehingga ia menemukan dirinya tidak pernah lagi marah atau kesal.Ia
   tidak pernah berdebat dengan ibu mertuanya selama enam bulan terakhir
karena ia menemukan bahwa ibu mertuanya kini tampaknya lebih ramah dan
lebih mudah untuk diajak hidup bersama.

   Sikap ibu mertua terhadap Li-Li telah berubah, dan ia mulai mencintai
Li-Li seperti puterinya sendiri.  Ia terus menceritakan kepada kawan-kawan
dan sanak familinya bahwa Li-Li adalah menantu yang paling baik yang
mungkin ia peroleh.  Li-Li dan mertuanya saling memperlakukan satu sama
lain seperti layaknya seorang ibu dan anak
   yang sesungguhnya. Suami Li-Li sangat bahagia menyaksikan semua yang
terjadi ini.

   Suatu hari, Li-Li pergi menjumpai sinshe Wang  dan meminta bantuannya
sekali lagi. Ia berkata, "Pak Wang yang baik, tolong saya untuk mencegah
supaya racun
   yang saya berikan kepada ibu mertua saya jangan sampai membunuhnya! Ia
telah berubah menjadi seorang wanita yang begitu baik, sehingga saya
mencintainya seperti kepada ibu saya sendiri. Saya tidak mau ia sampai mati
karena racun yang pernah saya berikan kepadanya."

   Tuan Wang tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya.  "Li-Li tidak
ada yang perlu kamu khawatirkan. Saya tidak pernah memberi kamu racun.
Ramuan yang saya berikan kepadamu itu hanyalah ramuan penguat badan untuk
   memperbaiki kondisi kesehatan beliau. Satu-satunya racun yang ada ialah
yang terdapat di dalam pikiranmu sendiri dan di dalam sikapmu terhadapnya,
tetapi semuanya itu telah disapu bersih dengan cinta yang kamu berikan
   kepadanya."


   *  *  *  *  *


   Sadarkah anda bahwa sebagaimana anda memperlakukan orang lain maka
demikianlah persis bagaimana mereka akan memperlakukan anda?  Ada pepatah
Cina kuno yang berkata:  "Orang yang mencintai orang lain akan dicintai
juga sebagai balasannya." Tuhan mungkin mencoba bekerja di dalam kehidupan
orang lain melalui anda.


   * Teruskan artikel ini kepada sahabat-sahabat anda dan sebarkanlah kasih

0 komentar:

Post a Comment