Thursday, March 31, 2011

BUKU TELEPON

When you heard other people story ...

Suatu ketika di ruang kelas sekolah menengah, terlihat suatu percakapan yang
menarik. Seorang guru, dengan buku di tangan, tampak menanyakan sesuatu kepada
murid-muridnya di depan kelas.  Sementara itu, dari mulutnya keluar sebuah
pertanyaan. "Anak-anak, kita sudah hampir memasuki saat-saat terakhir
bersekolah di sini. Setelah 3 tahun, pencapaian terbesar apa yang membuatmu
bahagia? Adakah hal-hal besar yang kalian peroleh selama ini?"
Murid-murid tampak saling pandang. Terdengar suara lagi dari guru,
"Ya,ceritakanlah satu hal terbesar yang terjadi dalam hidupmu...".
Lagi-lagi semua murid saling pandang, hingga kemudian tangan guru itu menunjuk
pada seorang murid. "Nah, kamu yang berkacamata, adakah hal besar yang kamu
temui? Berbagilah dengan teman-temanmu...".


Sesaat, terlontar sebuah cerita dari si murid, "Seminggu yang lalu, adalah
masa yang sangat besar buatku. Orangtuaku, baru saja membelikan sebuah motor,
persis seperti yang aku impikan selama ini". Matanya berbinar, tangannya
tampak seperti sedang menunggang sesuatu. "Motor sport dengan lampu yang
berkilat, pasti tak ada yang bisa mengalahkan kebahagiaan itu!"
Sang guru tersenyum. Tangannya menunjuk beberapa murid lainnya.
Maka,terdengarlah beragam cerita dari murid-murid yang hadir. Ada anak yang baru
saja mendapatkan sebuah mobil. Ada pula yang baru dapat melewatkan liburan di
luar negeri. Sementara, ada murid yang bercerita tentang keberhasilannya mendaki
gunung. Semuanya bercerita tentang hal-hal besar yang mereka temui dan mereka
dapatkan. Hampir semua telah bicara,hingga terdengar suara dari arah belakang.
"Pak Guru..Pak, aku belum bercerita". Rupanya, ada seorang anak di
pojok kanan yang luput dipanggil. Matanya berbinar. Mata yang sama seperti saat
anak-anak lainnya bercerita tentang kisah besar yang mereka punya.
"Maaf, silahkan, ayo berbagi dengan kami semua", ujar Pak Guru kepada
murid berambut lurus itu.
"Apa hal terbesar yang kamu dapatkan?", Pak Guru mengulang
pertanyaannya kembali.
"Keberhasilan terbesar buatku, dan juga buat keluargaku adalah..saat nama
keluarga kami tercantum dalam buku telpon yang baru terbit 3 hari yang
lalu".
Sesaat senyap. Tak sedetik, terdengar tawa-tawa kecil yang memenuhi ruangan
kelas itu. Ada yang tersenyum simpul, terkikik-kikik, bahkan tertawa terbahak
mendengar cerita itu.
Dari sudut kelas, ada yang berkomentar, "Ha? aku sudah sejak lahir
menemukan nama keluargaku di buku telpon. Buku Telpon? Betapa
menyedihkan...hahaha".
Dari sudut lain, ada pula yang menimpali, "Apa tak ada hal besar lain yang
kamu dapat selain hal yang lumrah semacam itu?"
Lagi-lagi terdengar derai-derai tawa kecil yang masih memenuhi ruangan.
Pak Guru berusaha menengahi situasi ini, sambil mengangkat tangan. "Tenang
sebentar anak-anak, kita belum mendengar cerita selanjutnya. Silahkan teruskan,
Nak...".
Anak berambut lurus itu pun kembali angkat bicara. "Ya. Memang itulah
kebahagiaan terbesar yang pernah aku dapatkan. Dulu, Ayahku bukanlah orang
baik-baik. Karenanya, kami sering berpindah-
pindah rumah. Kami tak pernah menetap, karena selalu merasa di kejar
polisi".
Matanya tampak menerawang. Ada bias pantulan cermin dari kedua bola mata anak
itu, dan ia melanjutkan.
"Tapi, kini Ayah telah berubah. Dia telah mau menjadi Ayah yang baik buat
keluargaku. Sayang, semua itu tidak butuh waktu dan usaha. Tak pernah ada Bank
dan Yayasan yang mau memberikan pinjaman modal buat bekerja. Hingga setahun
lalu, ada seseorang yang rela meminjamkan modal buat Ayahku. Dan kini, Ayah
berhasil. Bukan hanya itu, Ayah juga membeli sebuah
rumah kecil buat kami. Dan kami tak perlu berpindah-pindah lagi".
"Tahukah kalian, apa artinya kalau nama keluargamu ada di buku telpon? Itu
artinya, aku tak perlu lagi merasa takut setiap malam dibangunkan ayah untuk
terus berlari. Itu artinya, aku tak perlu lagi kehilangan teman-teman yang aku
sayangi. Itu juga berarti, aku tak harus tidur di dalam mobil setiap malam yang
dingin. Dan itu artinya, aku, dan juga keluargaku, adalah sama
derajatnya dengan keluarga-keluarga lainnya".
Matanya kembali menerawang. Ada bulir bening yang mengalir. "Itu artinya,
akan ada harapan-harapan baru yang aku dapatkan nanti...".
Kelas terdiam. Pak Guru tersenyum haru. Murid-murid tertunduk.Mereka baru saja
menyaksikan sebuah fragmen tentang kehidupan. Mereka juga baru saja mendapatkan
hikmah tentang pencapaian besar, dan kebahagiaan. Mereka juga belajar satu hal :
"Bersyukurlah dan berbesar hatilah setiap kali mendengar keberhasilan orang
lain. Sekecil apapun. Sebesar apapun".

0 komentar:

Post a Comment